Jumat, 04 Mei 2012

Kyai Haji Abdurrahman Wahid (GusDur)


Kyai Haji Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur (lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 – meninggal di Jakarta, 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun) adalah tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001, yang salah satu ucapan yang sangat fenomenal “Gitu Aja Kok Repot”. Beliau menggantikan Presiden B. J. Habibie setelah dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu oleh Kabinet Persatuan Nasional. Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Tepat 23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR. 














Abdurrahman Wahid adalah mantan ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Pada tahun 1963, beliau menerima beasiswa dari Kementrian Agama untuk belajar di Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir. Beliau pergi ke Mesir pada November 1963. Meskipun beliau mahir berbahasa Arab, Gus Dur diberitahu oleh pihak universitas bahwa ia harus mengambil kelas remedial sebelum belajar Islam dan bahasa Arab. Karena tidak mampu memberikan bukti bahwa ia memiliki kemampuan bahasa Arab, Wahid terpaksa mengambil kelas remedial. Beliau menikmati hidup di Mesir pada tahun 1964, beliau suka menonton film Eropa dan Amerika, dan juga menonton pertandingan sepak bola. Beliau juga terlibat dengan Asosiasi Pelajar Indonesia dan menjadi jurnalis majalah asosiasi tersebut. Pada akhir tahun, beliau berhasil lulus kelas remedial Arabnya. Di Mesir, beliau dipekerjakan di Kedutaan Besar Indonesia. Pada saat beliau bekerja, peristiwa Gerakan 30 September (G30S) terjadi. Mayor Jendral Suharto menangani situasi di Jakarta dan upaya pemberantasan komunis dilakukan. Sebagai bagian dari upaya tersebut, Kedutaan Besar Indonesia di Mesir diperintahkan untuk melakukan investigasi terhadap pelajar universitas dan memberikan laporan kedudukan politik mereka. Perintah ini diberikan pada beliau, yang ditugaskan menulis laporan. Beliau mengalami kegagalan di Mesir, beliau tidak setuju akan metode pendidikan serta pekerjaannya setelah G30S sangat mengganggu dirinya. Pada tahun 1966, beliau diberitahu bahwa beliau harus mengulang belajar. Pendidikan prasarjana beliau diselamatkan melalui beasiswa di Universitas Baghdad. Beliau pindah ke Irak dan menikmati lingkungan barunya. Meskipun beliau lalai pada awalnya, beliau dengan cepat belajar. beliau juga meneruskan keterlibatannya dalam Asosiasi Pelajar Indonesia dan juga menulis majalah asosiasi tersebut. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Baghdad tahun 1970, beliau pergi ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya. Beliau ingin belajar di Universitas Leiden, karena pendidikannya di Universitas Baghdad kurang diakui. Dari Belanda, beliau pergi ke Jerman dan Perancis sebelum kembali ke Indonesia tahun 1971. Beliau menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat orang anak, Alissa Qotrunnada, Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny), Anita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari.












Yenny juga aktif berpolitik di Partai Kebangkitan Bangsa dan saat ini adalah direktur The Wahid Institute. Di masa tuanya beliau menderita berbagai penyakit, bahkan sejak beliau mulai menjabat sebagai presiden. Beliau menderita gangguan penglihatan sehingga seringkali surat dan buku yang harus dibaca atau ditulisnya harus dibacakan atau dituliskan oleh orang lain. Beberapa kali beliau mengalami serangan stroke, diabetes dan gangguan ginjal juga dideritanya. Beliau meninggal dunia pada hari Rabu, 30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada pukul 18.45 akibat berbagai komplikasi penyakit tersebut, yang dideritanya sejak lama. Sebelum wafat beliau harus menjalani hemodialisis (cuci darah) rutin. Menurut Salahuddin Wahid adiknya, beliau wafat akibat sumbatan pada arteri. Seminggu sebelum dipindahkan ke Jakarta beliau sempat dirawat di Jombang seusai mengadakan perjalanan di Jawa Timur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar